Tanjungbatu.

Usaha untuk merehabilitasi tanaman kelapa yang sudah tua terus dilakukan disertai dengan pemupukan dan pemeliharaan tanaman dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas kelapa.  Namun untuk mendapatkan benih yang baik dari tanaman kelapa tidak mudah karena harus diperoleh dari pertanaman yang memenuhi syarat secara teknis menjadi pohon induk. Benih unggul yang bermutu bisa diperoleh dari tanaman yang memiliki kualitas yang baik atau biasa disebut Blok Penghasil Tinggi (BPT). Dalam rangka menemukan tanaman yang bisa dijadikan BPT diperlukan kegiatan eksplorasi.


Eksplorasi atau survei pengecekan lapangan Kelapa unggul  lokal ditujukan untuk mencari data primer antara lain tentang BPT/pohon induk yang mempunyai karakteristik unggul seperti produktivitas yang tinggi dan ketahanan terhadap OPT utama. Dalam rangka mencari/mengeksplorasi kelapa unggul lokal, maka Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman  Perkebunan (BBP2TP) Ambon pada bulan Juli tahun 2010 telah melakukan kegiatan Eksplorasi dan Inventarisasi Kelapa Unggul di Kabupaten Maluku Tenggara. Lokasi kegiatan berada di Desa Nuhu Ta (180 pohon sampel), Rerean (25 pohon sampel) dan Ohoifau (60 pohon sampel) di Kecamatan Kei Kecil Barat Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku.

Pengamatan di lapangan dilakukan terhadap beberapa variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap penentuan suatu areal Blok Penghasil Tinggi (BPT) antara lain pertanaman, produksi, keadaan hama dan penyakit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman kelapa di tiga lokasi rata-rata berumur 30 s/d 35 tahun merupakan varietas Kelapa Dalam dengan jumlah tandan kelapa antara 9 s/d 13 tandan, berat buah tanpa sabut 848 s/d 984 gr/butir, dan berat kopra 263 s/d 372 gr/butir.

Data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2010 menunjukkan bahwa produksi kelapa untuk lokasi Nuhu Ta adalah 1,8 ton/ha, Rerean adalah 2 ton/ha dan Ohoifau adalah 3,4 ton/ha. Produksi kelapa pada ketiga lokasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan standart BPTyaitu 1,5 ton/ha.

Untuk pengamatan terhadap hama dan penyakit, di pulau Nuhu Ta tidak ditemukan serangan hama dan penyakit, sedangkan untuk desa Rerean dan Ohoifau ada serangan hama yaitu Aspidiotus destructor, tetapi dalam intensitas yang sangat kecil dan masih di bawah Ambang Ekonomi (AE). Untuk penyakit tidak ditemukan pada ketiga lokasi.

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pertanaman Kelapa Dalam pada ketiga lokasi pengamatan secara teknis memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai BPT. Hal tersebut ditunjang dengan adanya keseragaman (homogenitas) tanaman yang tinggi (koefisien keragaman kurang dari 20%). Tingkat homogenitas yang tingi akan menjaga  kemurnian dari benih yang dihasilkan, sedangkan jika tingkat keseragamannya rendah akan menimbulkan variasi yang besar pada keturunannya.  Hal ini karena terjadinya penyerbukan silang.

Comments